Assalamualaikum...

Assalamualaikum...

Sebelum Intan Tidur.... Intan selalu nak ingatkan diri Intan dan semua orang sekeliling Intan....

Ini adalah LUAHAN HATI dan koleksi Tazkirah.... Semoga BILA INTAN TERUS TIDUR... Blog ini menjadi Tanda Kasih Sayang Intan pada semua orang yang Intan sayang...

Semua Tazkirah ini Intan kumpul sejak dari mula-mula Intan ada Facebook dan baca dari Blog-blog yang terdapat dalam internet. Semoga kita berkongsi bersama segala kebaikan dan ilmu ini....


2018 intan mula dengan luahan hati. Setelah Habibi pergi, banyak yang ingin intan luahkan. Supaya terlerai sesak dada ini.

Terima Kasih buat arwah Habibi Tersayang dan Anakanda yang Dikasihi serta Meow-meow yang tak jemu menemani mamamu ini….. ;)

Monday 30 September 2013

KIRIMAN BACAAN AL-FATIHAH

Kiriman Bacaan al-Fatihah



Menghadiahkan bacaan al-Qur’an untuk yang sudah meninggal dunia tidak pernah di nukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat radhiyallahu ‘anhum, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan juga tidak seorang pun dari imam kaum muslimin. Seandainya hal itu baik, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat adalah orang yang terdepan mengamalkannya.

Banyak para ulama yang menegaskan bid’ahnya budaya kirim al-Fatihah kepara ruh fulan dan sebagainya [1].

Berikut beberapa nukilan, di antaranya:

1.  al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah berkata: “Do’a ini dibuat-buat, tidak ada asalnya dalam sunnah.”[2]

2.  al-Hafizh as-Sakhowi rahimahullah berkata: “Saya ditanya tentang kebiasaan manusia usai sholat. Mereka membaca al-Fatihah dan menghadiahkannya kepada kaum muslimin yang hidup dan mati, maka saya jawab: “Cara seperti ini tidak ada contohnya, bahkan ini termasuk kebid’ahan dalam agama.”[3]

3.  Ad-Dirdir rahimahullah berkata: “Sebagian umam kami (madzhab Malikiyyah) menegaskan bahwa membaca al-Fatihah dan menghadiahkannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hukumnya di benci. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Ini adalah do’a yang dibuat-buat oleh para pembaca al-Qur’an belakangan dan saya tidak mengetahui salaf yang mendahului mereka.”[4]

4.  Syaikh Muhammad Rosyid Ridhi rahimahullah berkata: “Ketahuilah bahwa apa yang populer di kampung dan kota berupa bacaan al-Fatihah untuk orang-orang yang sudah meninggal dunia tidak ada haditsnya yang shohih maupun dho’if. Bahkan hal itu termasuk kebid’ahan yang sesat berdasarkan dalil-dalil yang telah lalu. Hanya saja karena orang-orang yang dianggap alim diam maka seakan-akan menjadi perkara yang sunnah muakkad atau bahkan wajib.”[5]

5.  Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Adapun menghadiahkan al-Fatihah atau selainnya kepada orang-orang yang mati maka tidak ada dalilnya. Hendaknya hal itu ditinggalkan karena tidak dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Namun disyariatkan berdo’a, shodaqoh, haji, umroh, membayar hutang dan sebagainya bagi yang telah meninggal yang telah jelas dalilnya bahwa hal itu bermanfaat bagi mayit.”[6]

Sampaikah Kiriman Pahalanya?
Masalah ini diperselisihkan oleh ulama. Namun pendapat yang kuat dalam masalah ini bahwa pahala kiriman tersebut tidak sampai[7], sebab tidak ada dalil yang mengatakan sampainya. Karena ibadah itu dibangun di atas dalil, bukan logika dan analogi. Ini merupakan madzhab Syafi’i. Imam Ibnu Katsir berkata ketika menjelaskan surat an-Najm ayat 38:
أَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
“(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” [QS.an-Najm/53: 38]

“Yakni sebagaimana dia tidak memikul dosa orang lain, dia juga tidak akan mendapatkan pahala kecuali apa yang dia usahakan sendiri. Dari ayat inilah imam Syafi’i rahimahullah dan para pengikutnya beristinbath (mengambil hukum) bahwa pahala hadiah bacaan al-Qur’an tidak sampai kepada si mayit, karena hal itu bukan dari amalan dan usahanya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mencontohkan kepada umatnya, dan tidak menganjurkan serta menyuruh umatnya baik secara nash (dalil yang jelas) maupun secara isyarat. Perbuatan ini juga tidak dinukil dari seorang sahabat pun. Seandainya perbuatan itu baik, tentu mereka adalah orang yang terdepan mempraktekkannya. Masalah ibadah hanyalah berdasar pada dalil, bukan akal pikiran dan pendapat manusia. Adapun doa dan sedekah maka hal itu telah menjadi kesepakatan akan sampainya pahala tersebut kepada mereka.” [8]

Jangan Salah Sangka

Perlu kami tegaskan disini bahwa tulisan ini bukan bermaksud melarang memabca surat al-Fatihah atau merendahkan al-Qur’an. Demi Allah azza wa jalla, bukan demikian maksudnya, tetapi tujuan kami hanyalah ingin meluruskan hal-hal yang tidak ada ajarannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga ibadah kita sesuai dengan tuntunan beliau.

Maka janganlah engkau tertipu dengan silat lidah ahli bid’ah yang menuduh ahli sunnah tatkala mengingkari ritual seperti ini dengan ucapan mereka: “Mereka adalah Wahhabi!! Melarang manusia dari dzikir dan membaca al-Qur’an! Tidak suka bacaan al-Qur’an dan Sholawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam!!”
Dari Said bin Musayyib, ia melihat seorang laki-laki menunaikan sholat setelah fajar lebih dari dua roka’at. Ia memanjangkan ruku dan sujudnya. Akhirnya Said bin Musayyib pun melarangnya. Orang itu berkata: “Wahai Abu Muhammad, apakah Allah azza wa jalla akan menyiksaku dengan sebab sholat? Beliau menjawab: “Tidak, tetapi Allah azza wa jalla akan menyiksamu karena menyelisihi as Sunnah.”[9]

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah mengomentari atsar ini: “Ini adalaha jawaban Said bin Musayyib yang sangat indah. Dan merupakan senjata pamungkas terhadap ahlul bid’ah yang menganggap baik kebanyakan bid’ah dengan alasan dzikir dan sholat, kemudian membantai ahlus sunnah dan menuduh mereka (Ahlus Sunnah) mengingkari dzikir dan sholat! Padahal sebenarnya yang mereka ingkari adalah penyelewengan ahlu bid’ah dari tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam dzikir, sholat dan lain-lain.” [10]

Demikianlah penjelasan singkat masalah ini.

Semoga bermanfaat.

Amin.

Footnote:

[1] Kami hanya menukil komentar ulama yang berkaitan khusus tentang kirim bacaan al-Fatihah. Adapun budaya kirim pahala secara umam, maka banyak sekali nukilan komentar mereka, Lihatlah dalam Muqoddiman Syaikh Syaukat bin Rifqi terhadap kitab Majmu’ Rosail Fi Hukmil Ihda’ Tsawabi Qiro’atil Qur’an Lil Amwat, cet. Dar Atsariyyah.

[2] Al-Fatawa al-Haditsiyyah hal.23 oleh al-Haitsami

[3] Al-Ajwibah al-Mardhiyyah 2/721

[4] Asy-Syarh Kabir 2/10

[5] Tafsir al-Manar Surat al-An’am hal.164

[6] Majalah al Buhuts al-Islamiyyah edisi 28 hal.108

[7] Lihat masalah ini secara luas dalam Hukmul al-Qiro’ah lil Amwat hal Yashilu Tsawabuha Ilaihim? Karya Syaikh Muhammad Ahmad Abdussalam, ta’liq oleh Abdul Aziz al-Juhani. Syaikh Mushtofa al-Adawi berkata tentang kitab ini: “Departemen agama Mesir telah menerbitkan sebuah risalah berharga yang disusun oleh Muhammad Ahmad Abdussalam, beliau telah mengumpulkan perkataan para ulama ahli tafsir, hadits, fiqih, ushul, dan madzhab. Kemudian menyimpulkan bahwa bacaan al-Qur’an tidak sampai pahalanya kepada si mayit. Beliau juga mengikis habis beberapa argument yang rapuh dalam masalah ini.” [Ash-Shohihul Musnad Min Adzmaril yaum wa Lailah hal.331]

[8] Tafsir al-Qur’anil Adzim surat an-Najm hal.38

[9] Dikeluarkan oleh Baihaqi dalam Sunan Kubro 2/466 dishohihkan al-Albani dalam Irwaul Gholil 2/236

[10] Irwaul Gholil 2/236
Sumber: Disalin ulang dari Majalah al Furqon Edisi 10 Tahun Kesembilan Jumadil Ula 1431 [April/Mei 2010] Hal.14-16


petikan dari

Moslemsunnah.Wordpress.com

Thursday 5 September 2013

ANTARA AMALAN-AMALAN TERBAIK DI HARI JUMAAT

Antara Amalan-Amalan Terbaik Di Hari Jumaat

Setiap insan bernama Islam, sama ada lelaki ataupun perempuan, perlu berusaha meningkatkan diri dengan pelbagai amal ibadat yang boleh mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ini kerana masing-masing mahukan diri mereka mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah sebagai hamba-Nya yang taat dengan melakukan segala titah perintah-Nya dan meninggalkan segala tegahan dan larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri dan berserah diri kepada-Nya.
Justeru, mengetahui kaedah terbaik bagi tujuan di atas, adalah sesuatu yang amat digalakkan, agar setiap muslim/muslimah mencapai status hamba Allah yang diterima di sisi-Nya, antara kaedah berkenaan yang perlu diberi perhatian adalah seperti berikut :
§  Melakukan solat lima waktu dengan baik (sama ada dari sudut pada awal waktu pelaksanaannya, kaifiat serta tata-cara bagi menjamin penerimaannya).
§  Mengetahui sedalam-dalamnya bahawa meninggalkan solat dengan sengaja boleh membawa kepada kekufuran, kerana ia adalah tiang agama dan perkara pertama yang akan ditanya oleh Allah di akhirat kelak.
§  Melaksanakan seluruh hukum-hukum syariat Islam, bagi kaum muslimah, memakai hijab, kerana ia adalah arahan Allah dalam al-Quran, membaca al-Quran dengan memahami isi kandungannya.
§   Mengkaji secara mendalam serta mentelaah sirah Nabi Muhammad s.a.w, sirah para sahabat Nabi, bagi muslimah, perlu memilih serta bercampur wanita-wanita solehah bagi menjamin pegangan dan akidah mereka.
§  Sentiasa melakukan muhasabah diri, khususnya memerhatikan persiapan buat hari esok di akhirat dengan amalan, sumbangan kepada agama, perkara-perkara kebajikan buat umat Islam, menjauhi perkara yang menjadi kemurkaan Allah dan sebagainya.
§  Perbanyakkan program kebaikan yang membawa ketaatan kepada Allah dan banyak berdoa kepada Allah agar diri diberi petunjuk ke jalan kebenaran dengan tetap dan cekal terhadapnya.

Apakah amalan terbaik untuk dilakukan pada hari Jumaat?
Pada subuh hari Jumaat, maka setiap muslim digalakkan mandi, kemudian memakai pakaian yang berwarna putih kerana pakaian putih lebih disukai Allah. Pakailah minyak wangi yang diharuskan dan berhiaslah dengan memotong rambut, mencukur misai, memotong kuku dan menggosok gigi.
Sesudah itu bersegeralah ke masjid. Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Sesiapa yang masuk dahulu ke dalam masjid pada hari Jumaat untuk sembahyang Jumaat, maka seolah-olah dia sudah berkorban dengan seekor unta dan orang yang masuk pada waktu yang kedua berkorban dengan seekor lembu dan yang masuk pada waktu ketiga maka seolah-olah dia berkorban dengan seekor kambing dan siapa yang masuk ke masjid pada waktu keempat maka seolah-olah ia berkorban dengan seekor ayam, dan orang yang masuk waktu kelima maka seolah-olah dia berkorban dengan sebutir telor. Maka apabila naik imam ke atas mimbar ditutupnya buku catatan dan diletakanlah pena oleh malaikat dan mereka berkumpul dekat mimbar mendengar khutbah.”

Kemudian apabila seseorang memasuki masjid, maka ambillah saf pertama dan apabila saf itu sudah penuh ambillah tempat yang kosong dan jangan melangkahi bahu orang lain serta jangan lalu di hadapan orang sedang sembahyang.
Pernahkah kita terfikir bagaimana baginda Rasulullah s.a.w dalam solat fardu Subuh menggabungkan pembacaan surah as-Sajadah (32) pada rakaat pertama dan surah al-Insan (76) pada rakaat kedua.
Ini kerana kedua-dua surah tersebut mengandungi bahan motivasi dari sudut misi kemanusiaan, daripada isu berkenaan penciptaan awal manusia yang dicipta daripada air mani yang busuk hinggalah perhimpunan manusia pada hari qiamat di padang Mahsyar, iaitu satu masa di mana mereka sedang menunggu giliran untuk diperhitungkan amalan-amalan mereka.
Ia tidak terhenti setakat itu sahaja, malah ia mengajar manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sempurna di dunia dan akhirat, ia Allah SWT aan menganjari mereka yang melakukan perkara terbaik dalam hidup mereka dan membalas dengan azab bagi mereka yang melakukan perkara yang bercanggah dengan perintah dan arahan-Nya.
Solat Sunat dan Bacaan Surah Pilihan
Muslim digalakkan setibanya di masjid untuk melaksanakan sembahyang tahiyatul masjid. Dalam sebuah hadis dinayatakan:
“Barangsiapa yang mengerjakan sembahyang itu tidak akan mati sebelum ia melihat tempat di syurga.”
Jangan tingggalkan sembahyang tahiyatul masjid sekalipun imam sedang berkhutbah. Di Dalam sunnah dinyatakan bahawa sangat baik jika membaca dalam keempat-empat rakaat sembahyang itu dengan surah Al-Anaam, Al-Kahfi atau Yasin.
Jika tidak mampu maka bacalah Surah Yasin atau Surah ad-Dukhan atau Alif Lam As-Sajdah atau surah Al-Mulk tetapi jangan sampai tidak membaca surah-surah itu pada malam Jumaat, kerana di dalamnya terdapat beberapa kelebihan.
Hendaklah sedapat mungkin memperbanyakkan membaca surah al-Ikhlas dan selawat ke atas Nabi. Apabila Imam naik ke mimbar hentikanlah sembahyang sunat dan juga berkata-kata (bagi mereka yang datang awal), jawablah seruan muazzin kemudian perhatikan khutbahnya.
Apabila selesai dari sembahyang Jumaat, maka bacalah Al-Fatihah 7 kali sebelum berkata-kata dan surah Al-Ikhlas, Surah Ma’uzatain (Surah Al-Falak dan An-Nas) amalan sebanyak 7 kali (Lihat Kitab Sirussalikin Jil 1 – 2. m.s 82).
Hal itu dapat memelihara diri seseorang muslim dari satu Jumaat hingga Jumaat akan datang dan memeliharanya dari syaitan.
Kemudian beradalah di masjid hingga waktu Asar atau sampai Maghrib dan hendaklah memperelokkan dalam beribadah pada waktu yang baik iaitu sepanjang hari Jumaat (jika bercuti pada hari itu), justeru, hari Jumaat adalah digalakkan kita agar tidak bekerja supaya dapat melakukan sunnah-sunnah Rasulullah .s.aw yang tidak ada janji-janji yang lebih manis pada hari-hari yang lain.
Inilah kejayaan musuh Islam yang mengalihkan pandangan umat dari banyak beribadat pada hari Jumaat digantikan pada hari lain, sedangkan hari kebesaran mereka pada hari Ahad dapat disempurnakan dengan pergi ke gereja dengan selesa dan sempurna, kerana pada hari itu mereka bercuti dan berehat bersama keluarga.
Mudah-mudahan kita sentiasa mendapat rahmat dan naungan daripada Allah agar boleh mati pada jalan yang diredai-Nya. Aamiin.


Tuesday 3 September 2013

PERIHAL KEMATIAN DAN KENDURI ARWAH

PERIHAL KEMATIAN DAN KENDURI ARWAH
Bismillah, Walhamdulillah Wassalatu Wassalamu
`Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Wasahbihie Waman Walaah


    Mati ialah terputusnya perhubungan di antara roh dan jasad. Sebenarnya mati merupakan perpindahan pertama bagi manusia dari alam dunia menuju ke alam akhirat. Bermula dari sini manusia akan berpindah ke alam barzakh atau alam kubur. Mati itu adalah perkara yang pasti terjadi bagi semua yang hidup. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:
Tafsirnya: “Tiap-tiap yang bernyawa akan pasti merasai mati, dan bahawasanya pada hari Kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu” (Surah Ali Imran: 185)

    Alam barzakh merupakan alam tempat roh orang mati berada sementara menunggu hari dibangkitkan semula di Padang Mahsyar. Ketika berada di alam barzakh manusia akan disoal dengan berbagai perkara termasuk mengenai ketuhanan dan kerasulan oleh malaikat Munkar dan Nangkir. Bagi mereka yang dapat menjawabnya maka dia akan bahagia dan selamat. Keupayaan seseorang sama ada boleh menjawab atau tidak soalan-soalan itu, sebenarnya akan bergantung kepada amalan manusia semasa hidupnya di dunia.

    Di dalam Al-Qur‘an, hidup mempunyai dua pengertian iaitu hidup di dunia dan hidup di alam akhirat. Hidup di dunia ialah bersatu jasad dengan roh atau jiwa. Sementara hidup di akhirat (mati) adalah apabila roh atau jiwa berpisah daripada jasad. Pengertian ini diambil daripada firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala :
Tafsirnya: “Allah (Yang Menguasai Segala-galanya), Ia mengambil dan memisahkan satu-satu jiwa dari badannya, jiwa orang yang sampai ajalnya semasa matinya, dan jiwa orang yang tidak mati: dalam masa tidurnya; kemudian Dia menahan jiwa orang yang Dia tetapkan matinya dan melepaskan balik jiwa yang lain (ke badannya) sehingga sampai ajalnya yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir (untuk memahaminya).” (Surah Al-Zumar: 42)
Berdasarkan ayat diatas menurut Imam Al-Razi bahawa mati dan tidur itu adalah daripada jenis yang sama, cuma mati itu terputus nyawa secara zahir dan batin daripada badan manusia, manakala tidur pula terputus nyawa secara zahir badan manusia sahaja dan tidak daripada batinnya. Oleh itu tidur adalah mati kecil kepada manusia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak tidur dan bangun daripada tidur membaca doa sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Huzaifah Radhiallahu ‘anhu :
Maksudnya: “ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak tidur Baginda membaca doa: “Ya Allah dengan namaMu aku mati dan hidup”, dan apabila Baginda terjaga membaca doa: “Syukur kepada Allah yang menghidupkan diriku selepas mematikannya dan kepadaNyalah tempat kembali”. (Hadis riwayat Al-Tirmizi)

TAKZIAH
    Sebagai agama yang lengkap lagi sempurna, Islam telah mengaturkan adab-adab yang perlu diikuti apabila ada kematian, antaranya ialah disunatkan mengucapkan takziah kepada keluarga si mati. Takziah ialah menyuruh dan menyatakan kepada orang yang ditimpa musibah tersebut agar bersabar, menyebutkan janji pahala kepada orang yang bersabar dan dosa bagi orang yang tidak bersabar serta memohonkan keampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala bagi si mati, dan bagi keluarganya pula memohonkan supaya dikurniakan dengan pahala yang berlipat ganda di atas kesabaran mereka.

    Allah Subhanahu wa Ta‘ala memerintahkan supaya bersabar ketika seseorang itu ditimpa kesusahan atau musibah. Di antara orang-orang yang bersabar itu ialah mereka yang apabila ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka tidak hilang semangat bahkan mereka segera mengucapkan:

    Tafsirnya:
“Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”.
Hal ini juga telah dijelaskan dalam firman Allah yang tafsirnya : “(Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali”. Mereka itu ialah orang-orang yang dilimpahi dengan berbagai-bagai kebaikan dari Tuhan mereka serta rahmatNya: dan mereka itulah orang-orang yang dapat petunjuk hidayatNya”. (Surah Al-Baqarah: 156-157)
Para fuqaha tidak berselisih pendapat tentang sunatnya (mustahab) mengucapkan takziah kepada orang yang ditimpa musibah atau kesusahan. Dilakukan takziah itu bagi menenangkan atau menghiburkan hati orang-orang yang berdukacita kerana kehilangan orang yang dikasihi. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid Radhiallahu ‘anhu beliau berkata yang maksudnya :
“Puteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengirimkan utusan kepada Baginda bahawa anak saya (Usamah) meninggal, maka silalah datang kepada kami”. Baginda pun mengirimkan utusan dengan berkirim salam dan sabdanya: “Sesungguhnya bagi Allah apa yang diambilNya dan bagiNya apa yang diberikanNya, dan segala yang wujud ini di sisi Allah ada batas waktu yang telah ditentukanNya! Perintahkan kepadanya supaya dia bersabar dan mencari pahala Allah”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)
Sabda Baginda yang lain: “sesiapa yang mengucapkan takziah (pernyataan turut bersedih (berdukacita)) orang yang ditimpa musibah, maka dia memperolehi pahala seperti pahala orang yang mendapat musibah”. (Hadis riwayat Ibnu Majah)
Sabda Baginda lagi  yang bermaksud: “Tiadalah seorang mukmin yang mengucapkan takziah kepada saudaranya yang ditimpa musibah, melainkan Allah Subbhanahu wa Ta‘ala memberinya pakaian daripada pakaian yang mulia pada hari kiamat”. (Hadis riwayat Ibnu Majah)
 Menurut ulama Syafi‘eyah sunat mengucapkan takziah kepada keluarga si mati sebelum mayat tersebut dikuburkan kerana ketika itu keluarga si mati dalam keadaan sedih dan gelisah. Walau bagaimanapun yang lebih baik ucapan takziah tersebut dilakukan setelah mayat dikuburkan kerana sebelum menanam mayat itu ahli keluarga si mati dalam keadaan sibuk membuat segala urusan pengkebumian. (Mughni Al-Muhtaj: 1/428)

Menurut para ulama, sunat mengucapkan takziah itu dalam lingkungan tiga hari, sebab menurut kebiasaannya kesusahan itu tidak lebih dari tiga hari. Maka makruh hukumnya jika ucapan takziah itu dilakukan lebih daripada tiga hari, kerana ditakuti selepas tiga hari itu akan memperbaharui kesedihan seseorang itu. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan puncak daripada kesusahan selama tiga hari, sebagaimana sabda Baginda:

    Maksudnya: “Bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhirat tidak diharuskan berkabung atas si mati lebih daripada tiga hari, kecuali atas suaminya iaitu selama empat bulan sepuluh hari”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)

Cara Mengucapkan Takziah
    Sunat mengucapkan takziah kepada orang Islam yang ditimpa musibah kematian keluarganya dengan ucapan :
     Maksudnya: “Mudah-mudahan Allah Ta‘ala membalas kepadamu dengan pahala yang berganda-ganda dan diperelokkan dukacita (dengan sebaik-baik hiburan) serta diampuni akan si mati dari keluarga kamu”.



Cara Membalas Ucapan Takziah
    Maka elok bagi keluarga yang diucapkan takziah membalas dengan ucapan:
    Maksudnya: “Moga-moga Allah Ta‘ala akan mengurniakan kepadamu sebaik-baik ganjaran”.

Menangisi dan Meratapi Mayat
    Menangis kerana perasaan sedih yang tidak tertahan di atas kehilangan orang yang dikasihi, seperti kematian seseorang adalah diharuskan berdasarkan riwayat Anas Radhiallahu ‘anhu, beliau berkata yang maksudnya :
“Kami masuk bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menemui Abu Saif Al-Qain, suami wanita yang menyusui Ibrahim. Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya, sesudah itu kami masuk kepada Baginda dan (ketika itu) Ibrahim menghembuskan nafas (terakhir) dengan tenang, lalu mata Rasulullah mulai mencucurkan air mata”. Kemudian Abd Rahman bin ‘Auf berkata kepada Baginda: “Engkau wahai Rasulullah!”, Baginda bersabda: “Wahai putera ‘Auf, sesungguhnya air mata itu rahmat (kasih sayang)”, kemudian air mata (Baginda) terus bercucuran lagi, seraya Baginda bersabda: “Sesungguhnya mata mencucurkan air mata dan hatipun sedih dan kami hanya mengatakan apa yang diridhai oleh Tuhan kami. Dan sesungguhnya kami sedih kerana berpisah denganmu wahai Ibrahim”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)

    Walaupun menangis itu diharuskan tetapi menangis dengan meratap atau menjerit-jerit, menarik rambut, memukul-mukul pipi dan dada atau mengoyak-ngoyak baju dan lain-lain adalah haram. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa orang sedemikian diancam dengan siksaan yang berat, sebagaimana sabda Baginda yang maksudnya :
“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, mengoyak-goyak baju dan berteriak-teriak seperti memanggilnya orang Jahiliyah”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)
Sabda Baginda lagi yang maksudnya :  “Wanita yang menangis menjerit-jerit, apabila tidak bertaubat akan dibangkitkan di hari kiamat nanti dengan memakai pakaian (tembaga) daripada percikan api neraka dan baju besi daripada kurap”. (Hadis riwayat Muslim)


Menangisi mayat dengan meratapinya dan memanggil-manggil dengan ucapan: “wahai sandaranku! wahai kemuliaanku! wahai orang yang baik pekertinya! Wahai kesayanganku!” dan seumpamanya akan menjadi sebab mayat tersebut tersiksa. Perkara ini juga digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya yang maksudnya :

    “Apabila ada seseorang yang meninggal, kemudian ada orang yang menangisinya mengatakan: Waa jabalah! Waa sayyidah! (Duhai pujaanku ! Duhai kemuliaanku!) atau sebagainya, nescaya ada dua malaikat yang ditugaskan kepada mayat itu, menusuk-nusuk badan mayat tersebut dengan mengatakan: “Apakah benar engkau adalah gunung? Apakah benar engkau adalah yang mulia?” (Hadis riwayat Al-Tirmizi)

Dan dalam hadis yang lain, Baginda bersabda yang maksudnya :

    “Sesungguhnya mayat itu disiksa dengan sebab tangisan (ratapan) ahli keluarga ke atasnya”.(Hadis riwayat Al-Bukhari)

KENDURI ARWAH DAN TAHLIL
Pada kebiasaannya, apabila ada kematian, majlis tahlil atau kenduri arwah akan diadakan oleh keluarga orang yang telah meninggal dunia. Keluarga tersebut menjemput orang-orang hadir yang terdiri daripada keluarga, sanak saudara dan sahabat handai ke rumah si mati bagi membacakan ayat-ayat Al-Qur‘an seperti surah Yasin, bertahlil dan sebagainya untuk dihadiahkan pahalanya kepada si mati. Selepas acara tersebut semua tetamu yang hadir dijemput untuk menikmati jamuan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Apakah amalan sedemikian sesuai dengan kehendak hukum syarak?

    Sebagaimana yang kita ketahui, agama Islam sangat menggalakkan berbuat kebajikan seperti bersedakah, memberi makan dengan mengundang orang ke rumah dengan tujuan silaturahim, membaca ayat-ayat Al-Qur‘an dan berdoa beramai-ramai memohon rahmat bagi si mati dan sebagainya. Hal ini dijelaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta‘ala dalam firmanNya :
    Tafsirnya: “Dan (ingatlah) apa jua kebaikan yang kamu kerjakan sebagai bekalan untuk diri kamu , tentulah kamu akan mendapat balasannya di sisi Allah, sebagai balasan yang sebaik-baiknya dan yang amat besar pahalanya”. (Surah Al-Muzzammil: 20)    

Mengikut pendapat imam Syafie sendiri, kenduri arwah tidak digalakkan. Ini kerana ditakuti salah faham yang akan ditimbulkan oleh mereka yang kurang mantap akidah atau ilmunya. Tetapi di kalangan ashab (kawan dan ulama di kalangan pengikut beliau) ramai yang mengatakan ia sunat, dan sampai pahalanya kepada mayat. Ini kerana hadis yang mengatakan terputus amalan anak Adam setelah meninggal itu, melainkan melalui tiga perkara. Antaranya anak yang soleh yang berdoa untuknya. Jadi kalau tahlil itu dengan permintaan anaknya, bererti amalan dan usahanya sendiri, termasuk dalam firman-Nya yang bermaksud: Dan bahawasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang diusahakannya (an-Najmi-39).

Begitu juga amalan orang lain yang diniatkan dan dihadiahkan kepadanya kerana ini bererti amalannya sendiri, sama ada dengan permintaan anaknya sendiri atau pemberian orang lain. Ini semua dikira amalan yang berpunca daripada usaha atau amalan si mati tersebut juga, seperti sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud: Orang yang menunjuk kepada kebaikan itu adalah seperti orang yang mengerjakannya.

Begitu juga mereka yang meneroka satu perbuatan yang baik, maka baginya pahala amalannya sendiri dan pahala mereka yang mengikutinya hingga hari kiamat tidak berkurangan pahala mereka sedikit pun. (hadis Muslim).

"Dan firman-Nya lagi yang bermaksud: Sesiapa yang mengerjakan suatu kebaikan, Kami tambah pada kebaikan tersebut. "(Asyura-23).


Adapun pahala atau dosa yang berpunca daripadanya seperti anaknya sendiri dan amalan orang lain yang dihadiahkan kepadanya, atau disebabkan oleh anak atau keturunannya itu termasuk dalam amalan usahanya sendiri juga.

Kata ulama, segala pahala amalan anaknya akan sampai kepada bapanya tanpa perlukan niat, malah secara terus. Tetapi amalan keburukan orang lain tidak akan sampai melainkan ia berpunca daripadanya. Sabda Nabi, sesungguhnya bagi seseorang itu apa yang diniatkannya, sebab itu orang lain boleh berdoa atau bersembahyang untuk saudaranya yang sudah meninggal dunia kerana pahalanya akan sampai kepada si mati tersebut.

Firman Allah , dalam surah an-Najmi ayat 38- 39 itu telah diselaraskan oleh para ulama seperti huraian di atas, bukan seperti yang difahami oleh orang kita yang mengatakan tidak boleh sampai amalan orang lain kepada si mati.

Itu ialah amalan yang tidak ada kaitan atau sebarang sebab langsung daripadanya, tetapi kalau amalan itu ada juga usaha atau sebab daripadanya, pasti pahala amalan itu akan sampai dan dapat diterimanya di akhirat nanti. Jika tidak tentulah sia-sia amalan atau doa kita sebagai umat Islam kepada saudaranya umat Islam yang lain. Malah dalam solat kita diajar supaya memberi salam iaitu meminta keselamatan kepada semua kaum Muslimin hamba Allah yang soleh.

Dalam al-Quran juga Allah mengajar kita supaya berdoa dengan pelbagai doa seperti firman Allah yang bermaksud: Tuhan kami, ampunilah dosa kami dan bagi saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan janganlah jadikan dalam hati kami, rasa iri hati atau perasaan dendam kepada mereka yang beriman. (al-Hasyr: 10). Dan firman-Nya lagi yang bermaksud: Tuhan kami kurniakan kami dari kalangan isteri kami dan keturunan kami, mereka yang menjadi penyejuk pandangan, dan jadikanlah kami pemimpin bagi mereka yang bertakwa, (al-Furqan: 74).

Sebab itu para ashab Syafie memilih pendapat yang tidak dipilih oleh asy-Syafie sendiri, kerana dalil-dalilnya agak kuat dan jelas, iaitu pahala amalan orang lain boleh sampai dan dapat diterima oleh orang lain yang sudah meninggal sekalipun di akhirat kelak sampai seseorang itu ada yang akan menjadi muflis kerana pahala amalannya akan diberi kepada orang lain.

Adapun bilangan hari itu hanyalah semata-mata untuk memudahkan ingatan dan penjadualan sahaja, bukan kerana hari itu yang disuruh kita beramal untuk mengingati mayat keluarga tetapi disuruh setiap masa. Jangan pula ada orang kita yang sengaja tidak mahu faham, mereka mengatakan amalan baik itu bidaah, kerana ditentukan hari- harinya.

Di sini timbul punca perselisihan kita dengan mereka, malah mereka mengatakan sunat pada hari tersebut. Jika difahami betul-betul (sunat itu kerana hari tersebut) maka merekalah yang mengamalkan bidaah. Adapun bukan kerana hari tertentu sahaja kerana tidak ada sebarang nas atau dalilnya, malah suatu penjadualan amalan kebaikan itu sahaja, manakala amalan itu disunatkan kerana ada nas yang menyuruh melakukannya sama ada al-Quran atau hadis atau kias atau ijmak.

Sedangkan kalau ada jamuan pun, hendaklah diurus dan dibantu oleh orang lain sebagaimana yang disuruh oleh Rasulullah sendiri, bila kematian keluarganya Ja'afar. Bagi mereka yang selalu mempersendakan amalan kebaikan ini, kita kemukakan untuk mereka dua dalil di sini sudah cukup untuk mereka yang berfikir.

Satu, di dalam al-Quran di mana firman Allah yang bermaksud: "Berlumba-lumbalah mengerjakan kebaikan”, (al-Baqarah: 148). Satu lagi, hadis yang bermaksud: “Janganlah engkau menghinakan sebarang perkara makruf (adat kebiasaan tempatan yang baik) suatu apa pun. "(riwayat Muslim).

Hatta senyuman seseorang kepada saudaranya pun dikira amalan baik juga dan ada pahala tertentu di sisi Allah, kerana menggembirakan saudara Islam. Bagi mereka yang suka mencela kawannya yang beriman juga Allah berfirman bermaksud: "Mereka yang mencela orang-orang yang beriman yang bersuka ria memberi sedekah dan bersusah-payah memberi sedekah dengan menjamu makan fakir miskin atau membaca al-Quran dan sebagainya sekadar kemampuan mereka, lalu mereka sengaja mencela dan mengejek mereka semua, Allah akan membalas ejekan mereka dan azab seksa yang pedih." (at-Taubah: 79)

 Wallahualam.

Monday 2 September 2013

TANDA 100 HARI SEBELUM KEMATIAN

Tanda 100 Hari Sebelum Kematian

Dikisahkan ketika Allah mencipta Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada Izrail, maka berkata malaikat Izrail, “Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?”. Maka Allah menyingkap rahsia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya dalam keadaan pengsan selama seribu tahun. Setelah para malaikat sedar kembali, bertanyalah mereka, “Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?” Kemudian Allah SWT berfirman: “Akulah yang menciptakannya dan Akulah yang lebih agung daripadanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu”.


Kemudian Allah memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut. Walau bagaimanapun, Izrail khuatir jika tidak terdaya untuk mengambilnya sedangkan Al-Maut lebih agung daripadanya. Kemudian Allah memberikannya kekuatan, sehinggalah Al-Maut itu menetap di tangannya. Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah hingga barat dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya.

Baginda Rasullullah S.A.W bersabda, “Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu”.


Sambung Rasullullah S.A.W. lagi, “Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail. Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya”.


TANDA 100 HARI SEBELUM MATI


Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanyaakan disedari oleh mereka yang dikehendakinya. Walaubagaimanapunsemua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma samada mereka sedar atau tidak sahaja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar.

Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akanmengalami getaran atau seakan-akan mengigil. Contohnya seperti daginglembu yang baru saja disembelih dimana jika diperhatikan denganteliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar.

Tanda ini rasanya lazat dan bagi mereka yang sedar dan berdetik dihati bahawa mungkin ini adalah tanda mati maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sedar akan kehadiran tanda ini.
Bagi mereka yang tidak diberi kesedaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu sahaja tanpa sebarang munafaat.

Bagi yang sedar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memunafaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati.


   

100 hari sebelum kematian – Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma sama ada mereka sedar atau tidak sahaja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari hujung rambut sehingga ke hujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.

40 hari sebelum kematian – Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bahagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.

7 hari sebelum kematian – Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba ianya berselera untuk makan.

3 hari sebelum kematian – Pada ketika ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita iaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian hujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

1 hari sebelum kematian – Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Hari kematian – Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.